Di balik hiruk-pikuk kuliner modern Jakarta, masih ada penjual bakso legendaris era 80-an yang tetap eksis hingga hari ini. Mereka membawa rasa otentik, kuah kaldu tulang, dan bakso padat khas zaman dulu yang bikin banyak orang rindu setiap suapan.
Mereka adalah pahlawan kuliner jalanan yang telah menemani generasi ke generasi. Saat bakso kekinian hadir dengan topping mozzarella dan smoke gun, penjual bakso legendaris ini tetap setia dengan cita rasa asli: kuah kaldu tulang, bakso padat urat, dan sambal racikan sendiri.
Cita rasa bakso jadul punya karakter kuat:
- Kuah bening kaldu sapi asli, bukan dari penyedap
- Bakso urat padat, kenyal dan gurih tanpa bahan pengembang berlebih
- Gorengan isi tulang muda & tetelan
- Mie kuning dan bihun tipis, bukan topping ramen
- Sambal pedas asam ala rumahan
Rasa autentik inilah yang bikin banyak orang rindu — karena bukan cuma soal makan, tapi soal kenangan zaman kecil.
Berikut daftar penjual bakso yang telah berdiri sejak 1980-an dan tetap eksis sampai hari ini:
Mulai jualan dari gerobak dorong tahun 1987, kini punya tempat sendiri tapi rasa tetap otentik. Kuah kaldunya gurih dan ringan, baksonya besar-besar khas Solo.
Terkenal dengan kuah tulang sapi dan gorengan garing isi tulang muda. Penjualnya masih generasi pertama, pakai baju batik dan topi jadul.
Nama aslinya Pak Wiyono, jualan sejak 1982. Gerobaknya masih asli, bahkan ada stiker Rhoma Irama tempelannya! Kuah baksonya pakai kaldu rebusan 10 jam.
Gerobak keliling yang tetap laris sejak era Orde Baru. Ciri khas: sambal merah muda yang pedas asam, serta bakso isi cabai utuh.
Buka sejak 1980. Tempatnya kecil, tapi ramai karena rasa yang otentik. Baksonya kenyal, kuahnya ringan dan menyegarkan.
Hampir semua penjual bakso jadul ini tetap setia dengan komposisi lama:
- 1 mangkok isi: bakso urat, mie kuning, bihun, tahu putih, gorengan
- Sambal: buatan sendiri, disimpan di botol kaca
- Minuman pelengkap: teh tawar hangat gratis
- Penyajian: pakai mangkok polos atau logo ayam jago, sendok melamin jadul
Gak ada mozzarella, gak ada topping kekinian — hanya rasa dan aroma masa lalu yang menghangatkan hati.
Banyak pelanggan datang bukan hanya karena lapar, tapi karena koneksi emosional dengan masa lalu.
Komentar netizen:
“Saya pertama kali makan bakso Pak Raji tahun 1993. Sekarang anak saya makan juga. Rasanya masih sama.”
– @baksolegendaris
“Bakso Titoti itu rasa yang bikin tenang. Makanannya sederhana, tapi rasanya kaya kenangan.”
– @makanjadulindonesia
Menariknya, banyak generasi muda mulai kembali menghargai kuliner lawas. Gerobak bakso jadul kini jadi objek konten TikTok, YouTube, bahkan jadi inspirasi bisnis F&B modern.
Beberapa gerobak bakso era 80-an bahkan mulai diliput oleh akun kuliner besar dengan tagar:
- #BaksoJadul
- #BaksoLegend
- #GerobakKlasik
Konten yang memperlihatkan proses menyendok kuah, suara sendok di mangkok, dan uap hangat dari bakso — selalu sukses FYP!
Sayangnya, banyak penjual bakso legendaris sudah sepuh dan belum tentu diwariskan. Beberapa menutup usaha karena anaknya tak melanjutkan.
Tapi harapan belum padam. Kini mulai banyak komunitas kuliner yang:
- Mendokumentasikan gerobak tua secara digital
- Mengangkat ulang nama mereka lewat media sosial
- Bekerja sama dengan UMKM untuk melestarikan resep dan rasa aslinya
Penjual bakso legendaris era 80-an di Jakarta adalah lebih dari sekadar pedagang. Mereka adalah penjaga rasa, pelestari tradisi, dan pencipta kenangan.
Jika kamu ingin tahu seperti apa rasa bakso “asli”, datanglah ke gerobak tua yang sudah berdiri puluhan tahun. Di sanalah kamu akan temukan rasa yang tak dibuat untuk viral — tapi dibuat dari hati.
Rekomendasi:
Mampirlah ke Bakso Titoti atau Bakso Pak Raji sore ini. Duduk, seruput kuahnya, kunyah perlahan baksonya. Rasakan sendiri bedanya — dan mungkin kamu akan mengingat seseorang.
Sumber Referensi:
- TikTok: @baksojadulid
- DetikFood: Bakso Legendaris Jakarta yang Masih Eksis
- IDNTimes: 5 Penjual Bakso Lawas di Jakarta yang Tetap Ramai